Sabtu, 09 Maret 2019

Sepenggal kisah di tengah malam

Malam ini merupakan malam yang ke sekian kalinya aku bergadang untuk menonton derail laga kolosal “arya kamandanu”. Sebuah kisah sejarah kerajaan majapahit yang dibumbui cerita nan apik oleh seorang tokoh pendekar bernama arya kamandanu. Menurut sepintas sejarah yang saya ketahui, bahwa sejarah kerajaan majapahit memang benar adanya. Tetapi apakah ada kamandanu di dalam sejarah tersebut saya tidak tahu benar atau hanya sekedar bumbu cerita. Yang jelas tontonan tersebut lumayan mengobati rasa nostalgia masa kecil ku ketika serial laga adalah sebuah tontonan pavoritku. Selain itu tontonan ini juga sedikit mengalihkan sejenak berbagai hal dan macam persoalan dan tantangan kehidupan yang terkadang membuat ku sedikit lelah. Urusan sekolah, urusan pekerjaan dan lain sebagainya.
Khusus mala mini aku mendapat banyak pelajaran dari beberapa tayangan yang aku tonton. Sembari menunggu jam tayang arya kamandanu, aku memutar cannel rodja tv. Sebuah stasiun yang bagi sebagian masyarakat mungkin ada yang apriori terhadap tayangan ceramah ceramah yang dibawakan para ustad ustazahnya. Yang jelas bagi ku tidak suka dan tidak mau terkotak kotak dalam golongan kelompok tertentu yang semakin akan membuat umat islam terpecah belah. Kajian ceramah mala mini dibawakan oleh seorang ustadz yang juga aku kagumi keilmuannya. Beliau adalah Dr. Syafiq reza basalamah. Diantara isi ceramah yang dapat aku ingat adalah bahwa kita sesungguhnya terlalu banyak membuang buang waktu untuk sesuatu yang tidak berpengaruh banyak dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Padahal sudah menjadi rahasia kaum muslimin bahwa kita diciptakan untuk mengabdi dan beribadah. Tetapi lihatlah yang terjadi umumnya di masyarakat kita. Kita membuang buang waktu untuk menonton gogsip, berita- berita yang sebenarnya tidak berpengaruh langsung dalam kehidupan dan keimanan. Tentu nya kita semua sadar bahwa setiap detik waktu kita nanti akan dimintai pertanggungan jawab dihadapan Allah. Taruh lah berita itu penting, tetapi sejauh manakah berita itu membawa dampak di dalam kehidupan kita? Yang ada adalah kita semakin tau dimana letak kesalahan orang lain sedangkan kita sendiri melupakan kesalahan kita sendiri. Tangan, jari, kaki dan apapun di dalam dan luar dari badan kita sesungguhnya bukan milik kita. Makanya di setiap ada musibah selalu kita mengucapkan “ innalillahi wainnailaihi rajiun, bahwa segala sesuatu itu sebenarnya milik Allah dan sesungguhnya semuanya akan kembali kepada Allah. Milik kita hanyalah amal apa yang telah kita kerjakan. Baik dalam hubungan dengan Allah ataupun dalam hubungan sesame makhluknya.
Sepenggal ceramah singkat menunggu waktu tayang kamandanu, ternyata cukup menjadi motivasi sekaligus membangkitkan girah ku kembali untuk menuangkan segala apa yang aku ketahui. Dan ini diamini oleh sepenggal cerita dalam serial kamandanu malam ini. Begitu apik cerita dan pesan yang ingin disampaikan kepada penonton oleh seorang tokoh tabib wong dalam cerita film tersebut. Tabib wong adalah seorang tabib yang sederhana yang menjadi rujukan untuk berobat dari segenap warga kampong , bahkan sampai kepada kampong tetangga. Sehingga tidak ayal membuat iri dari anak buah dukun kampong di tempat lain tersebut. Sehingga bersekongkol dengan pembunuh bayaran untuk melelnyapkan sang tabib. Dan walau dengan segenap cara, meisin dan adik angkatnya tidak bisa menyembuhkan luka akibat tusukan pisau beracun oleh seorang pembunuh bayaran tersebut. Sebelum meninggal sang tabib sempat meninggalkan pesan pesan pada kedua muridnya. Bahwa manusia/tabib hanyalah wasilah dan alat untuk penyembuhan. Tetapi kesembuhan tetap menjadi urusan tuhan, manusia hanyalah berusaha. Selain itu sang tabib mengatakan semua penyakit ada obatnya tetapi ada satu penyakit yang tidak ada obatnya yaitu kematian. Sang tabib juga berpesan bahwa, janganlah kalian membalas dendam karena balas dendam hanya akan mengotori kejernihan hati dalam berfikir. Biarlah kesalahan si pembunuh mendapat balasan dari yang maha kuasa. Mungkin tidak sekarang tetapi nanti dan itu pasti. Jadi kita tidak perlu risau.
Saya kagum dari pesan pesan yang disampaikan tabib wong kepada meisin dan murid-muridnya. Sungguh sebuah ajaran yang luhur dalam sepenggal cerita dalam film kolosal ini.
Pukul 23.30 wita film serial arya kamandanu pun berakhir. Aku pun langsung mematikan layar televise. Aku tidak ingin melihat kelanjutan film yang lain yang bagi ku sudah tidak memiliki daya tarik lagi. Karena nostalgia masa kecilku pun telah terobati.
Sembari berusaha memjamkan mata, pikiran ku melayang laying mengingat apa saja hasil dari yang aku tonton mala ini, selain arya kamandanu sebagai acara utama yang sudah kujadwalkan, aku masih terngiang pesan dari isi ceramah yang dibwakan oleh ust DR. Syafiq Riza Basalamah. Sejujurnya pesan yang disampaikan itu sebenarnya langsung mengena pada diriku. Bahwa aku pun kalau mau jujur telah mebuang buang waktu. Tetapi kekuatan nostalgia film yang sudah memang menjadi hobi ini susah untuk dihilangkan begitu saja. Akupun tidak terlalu berfikir lebih jauh. Cukup mencatat yang bisa aku ingat, karena usia bisa bertambah dan ingatan semakin berkurang maka seharusnya ilmu itu dicatat. Begitu juga pesan yang diceritakan tabib wong dalam cerita arya kamandanu mala mini. “ segeralah mencatat nama nama jenis tanaman obat agar mudah untuk membuat resep. Karena umur kita semakin tua dan ingatan kita semakin lemah”…
Hmmmm….sungguh malam yang berkesan sekaligus membuat ku susah tidur. Biarlah badan dan mata ini istirahat jika waktunya telah tiba….
Good night sobat…